Minggu, 05 April 2020

Teori Moneter Klasik

Pendahuluan
Para tokoh utama Teori Moneter Klasik antara lain John Babtis Say, Irving Fisher dan A. Marshall. Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand). Artinya, suatu perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau underconsumption (Malthus). Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full employment).
Potensi output yang dapat dihasilkan tergantung pda tingkat teknologi dan banyaknya faktor produksi tenaga kerja. Makin tinggi tingkat teknologi dan makin tinggi jumlah serta kualitas tenaga kerja tingkat output potensial yang dapat dihasilkan juga makin besar. Artinya, tingkat full employment output dapat menjadi lebih besar. Keadan yang selalu full employment ini dapat tercapai melalui bekerjanya mekanisme pasar, yang oleh Adam Smith disebut dengan invisible hand.
Bila seseorang ingin bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan, dia tentu akan menurunkan upah yang dikehendakinya samapai ada pengusaha yang mau mempekerjakannya. Demikian pula apabila terdapat pengusaha yang tidak dapat menjual semua hasil produksinya, maka dia akan menurunkan harganya sampai terjual habis. Upah dan harga yang bebas berubah akan menjamin selalu terdapatnya keseimbanagn dalam pasar tenaga kerja dan pasar barang sebagai hasilsaling mempengaruhinya antara permintaan dan penawaran melalui prinsip laissez faire (bebas, tanpa ada campur tangan pemerintah)
Tetapi Malthus menyangah argumentasi di atas dengan mengatakan bahwa meskipun produksi barang dan jasa tersebut menimbulkan pendapatan dalam jumlah yang sama dengan nilai total barang dan jasa, namun tidak dapat dipastikan bahwa pengeluaran untuk pembelian mesti sama dengan nilai barang dan jasa tersebut. Penawaran memang akan menciptakan tenaga beli, nmun belum menciptakan pengeluaran dengan jumlah yang sama.Misalnya jika masyarakat menabung terlalu banyak dari pendapatannya (lebih banyak dibandingkan dengan keinginan perusahaan untuk melakukan investasi), maka ada sebagian produksi yang tidak terjual. Akibatnya pengusaha akan memperkecil volume produksi, sehngga akan terjadi pengangguran. Pengusaha akan terus mengurangi produksinya sampai sisa yang tidak terjual itu habis semua, sehingga pendapatan akan menjadi lebih rendah daripada semula.
Sedang menurut ekonomi klasik, adanya tabungan masyarakat tersebut tidak berarti dana hilang dari peredaran, tetapi dipinjam atau dipakai oleh pegusaha untuk membiayai investasinya. Penabung mendapatkan bunga atas tabungannya, sedang pengusaha bersedia membayar bunga tersebut selama harapan keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih besar dari bunga tersebut. Adanya kesamaan antara tabungan dengan investasi (tabungan meningkat=investasi meningkat), adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat bunga. Tingkat bunga akan berfluktusi sehingga keinginan investasi perusahaan samadengan keinginan menabung masyarakat.



Teori Klasik tantang Tingkat Bunga
Menurut Klasik, tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga, makin tinggi tingkat bunga semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Pada tingkat yang lebih tinggi, masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan konsumsi untuk menambah tabungan. Demikian pula dengan investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga, akan tetapi memiliki hubungan yang negatif.

Teori  Kuantitas Uang

Teori Irving Fisher

Prinsip dasar teori ini adalah falsafah Say, bahwa ekoomi akan selalu berada dalam keadaan Full Employment. Secara sederhana Irving Fisher merumuskan teorinya dengan suatu persamaan.

M.V = P.T

Dimana     M   : Jumlah Uang

V    : Tingkat Perputaran Uang (velocity)

P    : Harga (price)

T    : Volume barang yang menjadi obyek transaksi

Persamaan di atas merupakan suatu identitas (identity), yang menggambarkan total pengeluaran (MV) samadengan barang yang dibeli (PT), dan belum menyentuh tentang kuantitas uang.

Cambridge/Marshall Equation

Marshal lebih menekankan pada perputaran uang (velocity) dalam suatu periode malainkan pada bagian dari pendapatan (GNP) yang diwujudkan dalam uang kas. Secara matematika sederhana, teori Marshall dapat ditulis sebagai berikut :



M = k.P.Y

Dimana     M   : Jumlah Uang

k    : Bagian dari GNP yang diwujudkan uang kas, k = 1/v

P    : Harga (price)

Y    : GNP riil

Marshall tidak menggunakan volume transaksi (T) sebagai alat pengukur jumlah output, tetapi diganti dengan Y. T lebih besar dari Y, karena Y tidak termasuk barang setengah jadi.Persamaan Marshall sudah menunjukkan adanya permintaan uang dimana masyarakat menghendaki bagian tertentu dari pendpatannya diwujudkan dalam bentuk uang kas, yang ditunjukan dengan nilai k. (teori kuantitas uang)Menurut teori kuantitas uang, perubahan JUB mengakibatkan perubahan harga secara proporsional. Kalau JUB naik 2 kali, harga juga akan naik 2 kali.Pandangan di atas didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut :Persamaan MV = PT, T dianggap tetap karena selalu dalam keadaan full employment (Say)V juga dianggap tetap, karena perubahan cara pembayaran akan terjadi dalam waktu yang lama, sehingga k = 1/v juga tetap.Kongklusi : JUB hanya mempengaruhi harga secara proporsional. Uang tidak mempengaruhi output riil (Y). Y hanya dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas faktor produksi.

Teori Moneter Keynes

Pendahuluan

Keynes dalam bukunya yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest and Money”, 1936 melakukan kritik terhadap teori Klasik. Menurut keynes, mekanisme pasar tidak secara otomatis menciptakan Full Employment dalam perekonomian. Oleh karena itu membutuhkan camput tangan pemerintah (investasi yang besar) sebagaimana disampaikan dalam kumpulan kuliahnya di Oxford University yang diterbikan ahun 1926 dengan judul ”The End of Laissez Faire”, dalam bukunya dinyatakan ;

“I believe that some coordinate act of intelligent judgement is required as to the scale on which it is desirable that the community as a whole should save, to scale on which these savings should go abroad in the form of foreign investments, and whether the present organization ot the investment market distributes savings along the most nationally productive channels. I do not think that these matter should be left entirely to the chances of private judgement and privat profits, as they are at present”

A Tract on Monetary Reform merupakan buku Keynes yang menegaskan pentingnya kebijakan stabilitas harga. Instabilitas harga memiliki dampak yang berbeda terhadap tiga golongan masyarakat.

1. Investor, dirugikan pada sat terjadi inflasi (kenaikan harga)

2. Pengusaha, dirugikan saat terjadi deflasi

3. Penerima Upah, dirugikan saat terjadi deflasi

Oleh karena itu diperlukan kebijaksanaan tentang Stabilitas Harga oleh pemrintah, karena stabilisasi tidak dapat dilakukan dalam sistim moneter saat itu (standar emas).

Keseimbangan Pendapatan Nasional

Keynes membantah Klasik dimana S = I dalam keadan full employment. Menurut Keynes, dalam kenyataan S ≠ I, dan keseimbangan pendapatan dpat tercapai sebelum full employment.

Contoh Kasus :

Output Perusahaan (FE) Rp. 1.000,- juta (Y) dengan kasus sebagai berikut ;

1. Perusahaan

Menjual 800

Persediaan 200

Keinginan perusahaan tepat sama dengan keinginan Rumah Tangga

2. Konsumen / RT

Membeli 800

Tabungan 200

3. Konsumen / RT

Membeli 700

Tabungan 300

Keinginan tidak sama, bagaimana ?

Terhadap kasus no 3 di atas Klasik dan Keynes memiliki pendapat dan penyelesaian yang berbeda ;

Teori Moneter Modern

Resesi di dunia diperkirakan akan terjadi pada tahun depan atau paling lambat dua tahun lagi. Diperlukan kerangka kebijakan publik yang mampu mengatasi resesi tersebut. Kerangka tersebut adalah teori moneter modern. Berdasarkan teori moneter modern (MMT), peran sistem pembayaran sangatlah vital. Gagasan utama MMT adalah bahwa pemerintah dengan system mata uang fiat dapat dan harus mencetak sebanyak uang yang perlu mereka keluarkan karena mereka tidak dapat bangkrut atau bangkrut kecuali keputusan politik untuk melakukannya diambil. Ini merupakan asumsi dasar dari teori moneter modern, yang pada dasarnya teori ini menekankan kepada kekuatan dari sistem pembayaran untuk membangun perekonomian. Pemikiran tradisional mengatakan, pengeluaran seperti itu secara finansial tidak bertanggung jawab karena utang akan membengkak dan inflasi akan meroket. Tetapi, menurut MMT, utang pemerintah yang besar bukanlah jaminan perekonomian akan runtuh. Fakta empiris memperlihatkan bahwa negara-negara seperti Amerika Serikat dapat mempertahankan defisit yang jauh lebih besar tanpa terganggu oleh defisit anggaran pemerintah yang besar. Pada kenyataannya, defisit atau surplus anggaran yang kecil justru dapat sangat berbahaya dan menyebabkan resesi karena pengeluaran defisit adalah apa yang dikenal dengan efek pengganda dalam perekonomian. Efek pengganda dalam perekonomian akan berjalan mulus jika sistem pembayaran dalam perekonomian juga mulus sehingga kecepatan uang beredar juga akan menjadi maksimum. Ahli teori MMT menjelaskan bahwa utang hanyalah uang yang dimasukkan pemerintah ke dalam perekonomian dan tidak dikenakan pajak. Mereka juga berpendapat bahwa membandingkan anggaran pemerintah dengan anggaran rata-rata rumah tangga adalah sebuah kesalahan. Para pendukung teori MMT mengakui bahwa inflasi secara teoritis merupakan hasil yang mungkin dari pengeluaran tersebut. Namun secara empiris, mereka mengatakan itu sangat tidak mungkin, dan dapat dieleminasi dengan keputusan kebijakan moneter yang tepat yang tidak bersifat dovish di masa depan jika diperlukan. Mereka sering mengutip contoh Jepang yang memiliki utang publik, jauh lebih tinggi daripada Amerika Serikat, tetapi tidak mengalami krisis berupa depresi ekonomi. Bahkan perkembangan sistem pembayaran Jepang juga semakin pesat seiring dengan perkembangan teknologi pendukung sistem pembayaran itu sendiri. Menurut MMT, satu-satunya batasan yang dimiliki pemerintah dalam hal pengeluaran adalah ketersediaan sumber daya nyata, seper ti misalnya pekerja, perlengkapan konstruksi, dan tanah. Ketika pengeluaran pemerintah terlalu besar terkait dengan sumber daya yang tersedia, inflasi dapat melonjak jika pembuat keputusan tidak cermat. Pajak menciptakan permintaan berkelanjutan untuk mata uang dan merupakan alat untuk mengambil uang dari ekonomi yang menjadi terlalu panas, menurut teori MMT. Hal demikian bertentangan dengan gagasan konvensional bahwa pajak terutama dimaksudkan untuk menyediakan uang kepada pemerintah untuk dibelanjakan dalam membangun infrastruktur dan mendanai program kesejahteraan sosial. MMT menyatakan bahwa pemerintah tidak perlu menjual obligasi untuk meminjam uang, karena itu adalah uang yang dapat dibuatnya sendiri. Pemerintah menjual obligasi dalam rangka untuk mengurangi kelebihan cadangan dan mencapai target suku bunga satu malam jangka pendek. Dengan demikian keberadaan obligasi, menurut Mosler yang juga merupakan penemu dari teori MMT, dikatakan sebagai “rekening tabungan di The Fed”, bukan merupakan persyaratan utama bagi pemerintah tetapi pilihan kebijakan. Dalam konteks inflasi, system pembayaran bersifat netral. Pengangguran adalah akibat dari hasil dari pengeluaran pemerintah terlalu sedikit secara relatif terhadap pajak, menurut teori ini. Dikatakan juga oleh teori ini bahwa mereka yang mencari pekerjaan dan tidak dapat menemukan pekerjaan di sektor swasta harus diberi upah minimum, pekerjaan transisi yang didanai oleh pemerintah dan dikelola oleh masyarakat setempat. Tenaga kerja ini akan bertindak sebagai cadangan penyangga untuk membantu pemerintah mengendalikan inflasi dalam perekonomian. Dalam konteks pasar tenaga kerja, peran dari sistem pembayaran juga bersifat netral. Pandangan ekonom pemenang Hadiah Nobel Paul Krugman tentang utang Amerika Serikat mirip dengan banyak teori MMT, tetapi Krugman sangat menentang teori tersebut. Dalam New York Times op-ed pada 2011, ia memperingatkan publik bahwa penerapan teori ini akan menyebabkan hiperinflasi dan investor menolak untuk membeli obligasi pemerintah Amerika Serikat. Krugman mengatakan, “Lakukan perhitungan, dan menjadi jelas bahwa setiap upaya untuk mengekstraksi terlalu banyak dari seigniorage; lebih dari beberapa persen PDB, mengarah ke peningkatan inflasi yang tak terbatas.” Ini tidak akan terjadi, bahkan dengan defisit yang sama, jika pemerintah masih dapat menjual obligasi. Teori ini memberikan ketergantungan yang sangat besar kepada sistem pembayaran khususnya melalui bank komersial. MMT didasarkan pada akun dari “realitas operasional” interaksi antara pemerintah dan bank sentral, dan sektor perbankan komersial. Sebagai pendukung, Scott Fullwiler berpendapat bahwa memahami akuntansi cadangan sangat penting untuk memahami opsi kebijakan moneter. Sistem pembayaran dalam teori moneter apapun memang selalu menjadi titik sentral teori-teori tersebut.

Perbedaan Teori Moneter Klasik, Keynes, dan Modern

KLASIK
Keinginan menabung > investasi ð Output tdk terjual ð harga turun sampai terjual habis ð Upah turun karena produksi berkurang dan buruh tidak beredia menganggur ð Bunga turun karena S > I ð Tabungan turun & konsumsi naik ð S = I dalam keadaan FE
KEYNES
Keinginan menabung > investasi ð Perusahaan mengurangi produksi ð Output akan turun selama S>I, dan berhenti saat S=I ð Tercipta keseimbangan baru dimana Yeq baru < Yeq llama
MODERN
Teori ini memberikan ketergantungan yang sangat besar kepada sistem pembayaran khususnya melalui bank komersial. MMT didasarkan pada akun dari “realitas operasional” interaksi antara pemerintah dan bank sentral, dan sektor perbankan komersial. Sebagai pendukung, Scott Fullwiler berpendapat bahwa memahami akuntansi cadangan sangat penting untuk memahami opsi kebijakan moneter. Sistem pembayaran dalam teori moneter apapun memang selalu menjadi titik sentral teori-teori tersebut.